Senin, 31 Oktober 2016

KISAH CINTA JAKA KEMBANG KUNING DAN DEWI SEKARTAJI DALAM WAYANG BEBER PACITAN

Wayang Beber Pacitan terdiri atas enam gulung dan setiap gulung berisi empat adegan (jagong). Secara keseluruhan, cerita pakem Wayang Beber Pacitan itu menggambarkan perjalanan cinta Dewi Sekartaji dan Panji Asmara Bangun, yang dalam versi Wayang Beber Pacitan dirangkum dalam cerita Jaka Kembang Kuning.

Gulungan 1 Adegan Pertama
Prabu Brawijaya (raja dari Kerajaan Kediri) memanggil para pembantunya, termasuk Patih Prawira Arya Deksa Negara. Patih Arya Deksa yang saat itu sedang membahas keamanan negara dengan para bawahannya segera menghadap sang raja dengan tergesa-gesa. Raja mengatakan kepada Patih Arya Deksa bahwa tujuannya memanggil sang patih adalah untuk memberitahu bahwa putrinya, Dewi Sekartaji, telah melarikan diri dari istana. Dewi Sekartaji melarikan diri karena menolak untuk menikah dengan Raden Klana Sewandana dari Kerajaan Seberang. Rupa-rupanya, Dewi Sekartaji telah memiliki tambatan hati sendiri. Raja akan mengadakan sayembara bagi siapa saja yang dapat menemukan Dewi Sekartaji, tanpa memandang derajat atau pangkat, kaya atau miskin, bangsawan atau rakyat jelata, apabila dia perempuan akan dijadikannya saudara dari Dewi Sekartaji dan apabila laki-laki akan dijadikannya suami dari Dewi Sekartaji. Patih Arya Deksa kemudian mengumumkan sayembara tersebut kepada seluruh penduduk.

Gulungan 1 Adegan Kedua
Beberapa waktu kemudian, ada seorang pemuda yang menghadap raja untuk mengikuti sayembara tersebut. Raja heran melihat kesaktian pemuda itu, karena banteng yang ada di alun-alun tunduk seakan memberi hormat kepadanya. Raja bertanya-tanya: “Siapakah gerangan pemuda ini?”. Raja menanyakan hal itu kepada Patih Arya Deksa. Nama pemuda itu adalah Jaka Kembang Kuning, utusan dari Ki Demang Kuning. Raja memerintahkan untuk memanggil Jaka Kembang Kuning. Raja menanyakan kesanggupan Jaka Kembang Kuning untuk mencari Dewi Sekartaji. Jaka Kembang Kuning tidak diperbolehkan kembali ke Kerajaan Kediri sebelum menemukan Dewi Sekartaji. Jaka Kembang Kuning menyanggupi permintaan raja untuk mencari Dewi Sekartaji yang tidak lain adalah kekasihnya sendiri.
 
Gulungan 1 Adegan Ketiga
Jaka Kembang Kuning mohon diri untuk segera mencari keberadaan Dewi Sekartaji bersama dua orang abdinya, yaitu Ki Tawang Alun dan Ki Naladerma. Dalam perjalanan mencari Dewi Sekartaji, Jaka Kembang Kuning bertemu dengan tiga orang ksatria, yaitu: Ganggawercitra, Jaladara, dan Gendrayuda. Ketiga ksatria ini mengajukan keinginannya pada Jaka Kembang Kuning agar dirinya dijadikan sebagai abdi. Jaka Kembang Kuning mengetahui bahwa sebenarnya ketiga kesatria itu adalah pengikut Raden Klana Sewandana yang disuruh untuk memata-matai Jaka Kembang Kuning yang dapat mengancam keselamatan jiwanya. Jaka Kembang Kuning menolak keinginan ketiga ksatria itu dan menyarankan agar mengabdikan diri pada Raden Gandarepa salah satu putra Prabu Brawijaya di Kerajaan Kediri. Saran Jaka Kembang Kuning diterima dan masing-masing melanjutkan perjalanannya. Di tengah perjalanan, Ki Tawang Alun menyarankan Jaka Kembang Kuning cara untuk mencari Dewi Sekartaji, yaitu dengan mengadakan pertunjukan Barong Terbang (semacam kesenian terbangan) di Pasar Katumenggungan. Pertunjukan Barong Terbang adalah pertunjukan yang sangat digemari Dewi Sekartaji. 

Dewi Sekartaji yang melarikan diri dari istana ternyata menuju ke kediaman Ki Tumenggung di Katumenggungan Paluamba. Pada saat itu, Nyi dan Ki Tumenggung sedang berdebat masalah mimpi Nyi Tumenggung yang kejatuhan wahyu kembar. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan Dewi Sekartaji. Nyi dan Ki Tumenggung takut jika nanti dituduh menyembunyikan Dewi Sekartaji. Akhirnya Dewi Sekartaji dimarahi Nyi dan Ki Tumenggung. “Kamu itu jangan keluar-keluar dari Keputren. Kalau dilamar Raden Klana itu kamu harusnya tidak menolak.”, kata Nyi Tumenggung. “Tidak, mbok. Saya tidak mau. Saya hanya mencintai Jaka Kembang Kuning. Kalau memang tidak mengijinkan saya di sini, saya akan pergi.”, kata Dewi Sekartaji. Akhirnya Dewi Sekartaji pergi.

Gulungan 1 Adegan Keempat
Saran Ki Tawang Alun untuk mengadakan pertunjukan Barong Terbang segera dilakukan oleh Jaka Kembang Kuning. Jaka Kembang Kuning menyamar sebagai pengamen dan mengadakan pertunjukan Barong Terbang di pasar. Dewi Sekartaji yang pada saat itu berada di pasar dan melihat pertunjukan Barong Terbang, akhirnya bertemu dengan Jaka Kembang Kuning. “Dewi Sekartaji, kamu di sini?”, tanya Jaka Kembang Kuning. “Kakang, kamu di sini?”. Dewi Sekartaji terkejut melihat Jaka Kembang Kuning menyamar sebagai pengamen. Jaka Kembang Kuning berpesan kepada Dewi Sekartaji untuk merahasiakan pertemuan antara Jaka Kembang Kuning dengan Dewi Sekartaji. Jaka Kembang Kuning kembali ke kediamannya, Kademangan Kuning. Sedangkan Dewi Sekartaji kembali ke Katumenggungan Paluamba.

Gulungan 2 Adegan Pertama
Setelah sampai di kediamannya, Jaka Kembang Kuning menghadap sang ayah, Ki Demang Kuning. “Bagaimana? Kamu disuruh apa di Kediri?”, tanya Ki Demang Kuning. “Saya disuruh mencari Dewi Sekartaji.”, jawab Jaka Kembang Kuning. “Sudah ketemu?”, tanya Ki Demang Kuning. “Sudah.”, jawab Jaka Kembang Kuning. Jaka Kembang Kuning menceritakan kepada sang ayah bagaimana dia bisa menemukan Dewi Sekartaji. Jaka Kembang Kuning kemudian mengutus Ki Tawang Alun untuk menghadap Prabu Brawijaya dan memberitahukan bahwa Jaka Kembang Kuning telah menemukan putrinya, Dewi Sekartaji. Sedangkan Ki Naladerma diutus untuk memberikan cincin tunangan kepada Dewi Sekartaji ke kediaman Ki Tumenggung Paluamba sebagai bukti bahwa Jaka Kembang Kuning sudah menemukan Dewi Sekartaji.

Gulungan 2 Adegan Kedua
Retno Mindoko beserta beberapa orang abdi sedang menenun kain di Keputren. Tiba-tiba datanglah rombongan perempuan utusan dari Raden Klana Sewandana untuk melamar Dewi Sekartaji. Rombongan itu dipimpin oleh Retno Tenggaron. Retno Tenggaron bersama para abdinya membawa seserahan dari Raden Klana Sewandana untuk melamar Dewi Sekartaji. Raetno Mindoko menolak lamaran tersebut karena Dewi Sekartaji menghilang dari Keputren.

Gulungan 2 Adegan Ketiga
Retno Tenggaron tidak terima karena lamaran Raden Klana Sewandana ditolak oleh Retno Mindoko. Akhirnya, terjadi pertempuran antara Retno Mindoko dan para abdinya melawan Retno Tenggaron dan para abdinya. Dalam pertempuran ini, Retno Tenggaron kalah dan akhirnya mundur ke Raden Klana Sewandana.

Gulungan 2 Adegan Keempat
Di teratebang (depan kerajaan), Raden Gandarepa dan Patih Sedahrama sedang berbincang-bincang. Lalu, datanglah Ki Tawang Alun. Raden Gandarepa mengantarkan Ki Tawang Alun ke hadapan Prabu Brawijaya. Ki Tawang Alun menceritakan apa yang terjadi kepada Raden Gandarepa dan Prabu Brawijaya. Ki Tawang Alun menjelaskan bahwa Jaka Kembang Kuning berhak memperistri Dewi Sekartaji. Tiba-tiba datanglah Raden Klana Sewandana yang mengatakan akan memboyong Dewi Sekartaji untuk menjadi istrinya, sehingga terjadilah adu mulut antara Ki Tawang Alun dan Raden Klana Sewandana.

Gulungan 3 Adegan Pertama
Ki Naladerma menghadap Jaka Kembang Kuning. “Bagaimana lamaranku?”, tanya Jaka Kembang Kuning. “Dewi Sekartaji menerimanya, Raden.” Ki Naladerma menjawab. Jaka Kembang Kuning riang gembira setelah mengetahui bahwa lamarannya diterima oleh Dewi Sekartaji.

Gulungan 3 Adegan Kedua
Pertemuan antara Raden Klana Sewandana dan Patih Kebo Lorodan, di markas tentara Raden Klana Sewandana. Raden Klana Sewandana dan Patih Kebo Lorodan membicarakan perihal tantangan untuk mengalahkan Ki Tawang Alun sebagai salah satu syarat untuk dapat memperistri Dewi Sekartaji. Tidak lama kemudian, datang Retno Tenggaron melaporkan bahwa dirinya telah dipermalukan oleh Retno Mindoko karena lamaran Raden Klana Sewandana ditolak. Raden Klana Sewandana marah dan akan menuntut balas atas perlakuan pada adiknya. Untuk memenuhi tantangan Prabu Brawijaya, Patih Kebo Lorodan diminta untuk maju ke medan perang melawan Ki Tawang Alun. Patih Kebo Lorodan menyanggupinya.

Gulungan 3 Adegan Ketiga
Di Kademangan Kuning, Jaka Kembang Kuning mohon diri pada Ki Demang Kuning untuk menyusul Ki Tawang Alun yang telah beberapa waktu belum kembali dari Kerajaan Kediri. Jaka Kembang Kuning memberitahukan kepada Ki Demang Kuning bahwa di Kerajaan Kediri sedang terjadi perang tanding untuk memperebutkan Dewi Sekartaji. Ki Demang Kuning mengijinkan permintaan Jaka Kembang Kuning. Jaka Kembang Kuning dan Ki Naladerma menyusul Ki Tawang Alun ke Kerajaan Kediri.

Gulungan 3 Adegan Keempat 
Di alun-alun Kerajaan Kediri, Patih Kebo Lorodan bertarung melawan Ki Tawang Alun dengan disaksikan oleh para punggawa dan prajurit Kerajaan Kediri, serta pengikut Raden Klana Sewandana. Pada pertarungan itu, Ki Tawang Alun kalah. Ki Tawang Alun terluka parah.

Gulungan 4 Adegan Pertama
Ki Naladerma membawa Ki Tawang Alun ke kediaman Ki Tumenggung dan Ki Tawang Alun disembuhkan oleh Dewi Sekartaji.

Gulungan 4 Adegan Kedua
Jaka Kembang Kuning yang melihat Ki Tawang Alun dikalahkan oleh Patih Kebo Lorodan akhirnya mengambil alih posisi Ki Tawang Alun. Patih Kebo Lorodan bertarung dengan Jaka Kembang Kuning. Pada pertarungan ini, Patih Kebo Lorodan mati. Raden Klana Sewandana mundur, mengatur kekuatan untuk menyerang Kerajaan Kediri.
   
Gulungan 4 Adegan Ketiga
Raden Gandarepa beserta abdinya datang ke Kademangan Kuning untuk bertemu dengan Jaka Kembang Kuning dan menyampaikan pesan dari Prabu Brawijaya, bahwa Prabu Brawijaya dan Raden Gandarepa memiliki rencana untuk mengalahkan Raden Klana Sewandana yang licik. Raden Gandarepa menceritakan rencananya kepada Jaka Kembang Kuning. Jaka Kembang Kuning menyetujui rencana tersebut.

Gulungan 4 Adegan Keempat
Raden Gandarepa menemui Ki Tawang Alun dan menyampaikan pesan Prabu Brawijaya, yaitu mengutus Ki Tawang Alun: “Hai, Tawang Alun. Kalau kamu sudah sembuh, akan kuberi pusaka dari kerajaan. Bunuh Raden Klana!” Ki Tawang Alun diminta untuk membunuh Raden Klana Sewandana dan yang membunuh Raden Klana Sewandana haruslah Ki Tawang Alun.

Gulungan 5 Adegan Pertama
Di kediamannya, Raden Klana Sewandana meminta adiknya, Retno Tenggaron, untuk merubahnya menjadi Raden Gandarepa palsu. Tidak ada yang tahu mana yang Raden Klana Sewandana dan mana yang Raden Gandarepa. Hanya Ki Tawang Alun lah yang tahu, sehingga yang harus membunuh Raden Klana Sewandana adalah Ki Tawang Alun.

Gulungan 5 Adegan Kedua
Raden Klana Sewandana berubah menjadi Raden Gandarepa palsu untuk melamar Dewi Sekartaji. Di Tamansari Kerajaan Kediri, Dewi Sekartaji yang baru saja kembali dari Katumenggungan Paluamba menerima kedatangan Raden Gandarepa (tiruan). Karena gerak geriknya yang mencurigakan, Dewi Sekartaji menolaknya. “Kamu bukan Raden Gandarepa. Kamu Raden Klana Sewandana.”, kata Dewi Sekartaji. Raden Gandarepa (asli) datang, “Kamu menyamar sebagai saya!”. Akhirnya terjadi peperangan. Raden Klana Sewandana segera lari ke alun-alun Kerajaan Kediri.

Gulungan 5 Adegan Ketiga 
Di alun-alun Kerajaan Kediri, Raden Klana Sewandana yang dikejar Raden Gandarepa menemui para pengikutnya. Sementara Jaka Kembang Kuning dan Ki Tawang Alun telah siap melakukan pertarungan melawan Raden Klana Sewandana dan pengikutnya. Akhirnya, terjadilah perang besar-besaran.

Gulungan 5 Adegan Keempat 
Raden Klana Sewandana akhirnya dibunuh oleh Ki Tawang Alun dengan menggunakan Keris Pasopati. Setelah Raden Klana Sewandana mati, kemenangan ada di tangan Jaka Kembang Kuning dan Ki Tawang Alun.

Gulungan 6 Adegan Pertama 
Jaka Kembang Kuning memboyong para tawanan putri, termasuk Retno Tenggaron, ke hadapan Prabu Brawijaya di Keraton Kerajaan Kediri. Prabu Brawijaya menerima para tawanan dan laporan tentang berbagai kejadian sejak hilangnya Dewi Sekartaji sampai terbunuhnya Raden Klana Sewandana.

Gulungan 6 Adegan Kedua 
Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji  meminta doa restu kepada Prabu Brawijaya, disaksikan oleh adiknya, Raden Gandarepa, Ki Naladerma dan Ki Tawang Alun.

Gulungan 6 Adegan Ketiga
Kemudian dilaksanakan pernikahan Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji, dan akan dirias oleh Mbok Dipa Kilisada.

Gulungan 6 Adegan Keempat
(Adegan ini tidak dibuka untuk pertunjukan karena dianggap tabu. Adegan keempat dalam gulungan 6 ini merupakan adegan persenggamaan antara Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji)

SEJARAH WAYANG BEBER PACITAN

Wayang Beber adalah wayang tertua di Indonesia. Wayang Beber di Indonesia terdapat di dua tempat, yaitu di Kabupaten Pacitan (yang disebut sebagai Wayang Beber Pacitan) dan di daerah Gunung Kidul Yogyakarta (yang disebut sebagai Wayang Beber Wonosari). Perbedaan antara kedua Wayang Beber ini terletak pada tingkat keasliannya. Wayang Beber Pacitan tidak mengalami perubahan, baik dari segi ritual, bentuk, lakon, maupun gendhing (iringan). Wayang Beber Pacitan terjaga keasliannya, tanpa diubah sedikit pun. Sedangkan pada Wayang Beber Wonosari tidak demikian. Menurut Rudhi Prasetyo (Dalang Wayang Beber Pacitan ke-14), Wayang Beber Wonosari telah mengalami perubahan, yakni dalam hal gendhing dan bahasanya.

Wayang Beber yang ada di Pacitan adalah asli dari Kerajaan Majapahit, yaitu berada di Dusun Karangtalun Desa Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan. Wayang Beber tersebut dibawa oleh Ki Naladerma sebagai imbalan dari sayembara yang diadakan oleh Prabu Brawijaya (Raja Majapahit) karena telah menyembuhkan putri raja yang sakit. Pada saat itu, raja Majapahit dikhawatirkan oleh putrinya yang menderita sakit parah dan tidak kunjung sembuh. Oleh sebab itu, sang raja mengadakan sayembara bagi siapa pun yang mampu menyembuhkan putrinya yang sakit. Ki Naladerma yang mendengar berita tersebut tergugah hatinya untuk mengikuti sayembara. Ki Naladerma ingin menjajal kesaktiannya untuk menyembuhkan putri raja karena Ki Naladerma kerap menyembuhkan penyakit orang-orang di desanya. Maka, berangkatlah Ki Naladerma dari Dusun Karangtalun Desa Gedompol itu ke Kerajaan Majapahit dengan berjalan kaki selama tujuh hari tujuh malam. Sesampainya di Kerajaan Majapahit, Ki Naladerma dihadang oleh para hulubalang dan diancam bahwa apabila Ki Naladerma gagal menyembuhkan sang putri, maka Ki Naladerma akan dipenggal kepalanya.

Pada akhirnya, Ki Naladerma diijinkan untuk memasuki Kerajaan Majapahit dan mengikuti sayembara tersebut. Sang raja dengan senang hati menerima Ki Naladerma untuk mencoba menyembuhkan putrinya yang sakit. Sebelum mencoba menyembuhkan sang putri, Ki Naladerma meminta ijin kepada raja untuk melakukan semedi. Setelah melakukan semedi selama satu malam, Ki Naladerma mengobati sang putri dengan mantranya. Pada keesokan harinya, sang putri sembuh dari sakitnya tanpa sedikit pun meninggalkan bekas luka. Sang raja heran sekaligus bahagia melihat kesembuhan putrinya, maka dipanggillah Ki Naladerma ke hadapannya. Raja menawarkan hadiah kepada Ki Naladerma, yaitu sebagai Tumenggung di Keraton. Namun, hadiah itu ditolak oleh Ki Naladerma karena merasa dirinya buta huruf dan buta ilmu pemerintahan. Raja lalu menawarkan pada Ki Naladerma untuk membawa uang sekuatnya, namun Ki Naladerma menolak dengan alasan uang akan membahayakan dirinya dalam perjalanan pulang karena khawatir akan adanya perampok.

Penolakan Ki Naladerma membuat sang raja menjadi bingung, hingga pada akhirnya raja menawarkan Wayang Beber kepada Ki Naladerma. Hadiah tersebut diterima Ki Naladerma dengan senang hati. Menurutnya, Wayang Beber merupakan hadiah yang tidak ternilai harganya karena dapat diwariskan kepada keturunannya. Raja mengajari cara memainkan Wayang Beber kepada Ki Naladerma. Setelah Ki Naladerma mampu menguasainya dengan baik, maka Ki Naladerma kembali ke Dusun Karangtalun dengan membawa hadiah dari raja.

Wayang Beber Pacitan diwariskan turun-temurun menurut garis keturunan secara vertikal. Dalang Wayang Beber Pacitan haruslah seorang laki-laki. Pemilik pertama Wayang Beber Pacitan adalah Ki Naladerma, kemudian diwariskan kepada anaknya yang bernama Nalangsa, yang kemudian mendapat julukan sebagai “Sanala”. Dari Nalangsa (Sanala), diwariskan kepada Citrawangsa, yang dijuluki sebagai “Nayangsa”. Dari Citrawangsa (Nayangsa), diwariskan kepada anak laki-lakinya yang bernama Gandayuta, yang kemudian mendapat julukan “Gandayuda”. Dari Gandayuta (Gandayuda), diturunkan kepada Singa Nangga, kemudian digantikan oleh Trunadangsa. Trunadangsa mewariskan Wayang Beber kepada anaknya yang bernama Gandalesana. Dari Gandalesana diturunkan kepada Palesana yang dijuluki “Setralesana”. Palesana (Setralesana) tidak memiliki anak laki-laki, sehingga Palesana (Setralesana) mewariskan Wayang Beber kepada cucu laki-lakinya (nunggak semi) yang bernama Dipalesana. Dipalesana kemudian dijuluki sebagai “Gandalesana II” karena cara mendalangnya mirip dengan kakek buyutnya. Dipalesana (Gandalesana II) mewariskan Wayang Beber kepada anaknya yang bernama Palesana. Kemudian pada tahun 1900, Wayang Beber diwariskan kepada  anak laki-laki dari Palesana yang bernama Pasetika dan dijuluki sebagai “Gunakarya”. Pada tahun 1940, kepemilikan  Wayang Beber diambil alih oleh Sarnen, yang kemudian mendapat julukan “Gunacarita”. 

Pada tahun 1980, Sumardi (anak laki-laki Sarnen/Gunacarita) menjadi dalang Wayang Beber yang ke-13 dan mendapat julukan “Gunautama”. Sumardi (Gunautama) tidak memiliki anak laki-laki, sehingga Sumardi (Gunautama) harus mewariskan Wayang Beber kepada cucu laki-lakinya agar terjadi nunggak semi. Kala itu, Handoko (cucu Sumardi) masih kecil, sehingga belum bisa menjadi dalang. Namun, mengingat usianya yang sudah renta dan khawatir akan kepunahan pertunjukan Wayang Beber sepeninggalnya, maka Sumardi (Gunautama) berpikir untuk meregenerasi dalang, yaitu melanggar adat turun-temurun dengan menunjuk orang lain sebagai dalang. Akhirnya, Sumardi (Gunautama) menunjuk Rudhi Prasetyo sebagai dalang. Rudhi Prasetyo sebenarnya tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga dalang pakem Wayang Beber Pacitan. Namun, sudah lama Rudhi dekat dengan Sumardi (Gunautama) dan Rudhi juga tertarik dengan warisan budaya yang hampir punah ini. 

Pada tahun 2009, Rudhi resmi menjadi Dalang Wayang Beber Pacitan. Wayang Beber Pacitan kemudian dibuat duplikatnya. Artefak Wayang Beber Pacitan tetap berada di Desa Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan, tepatnya di rumah Mbah Mangun, keluarga Ki Mardi Gunautama. Artefak Wayang Beber Pacitan telah dikeramatkan, serta tidak boleh dibuka oleh sembarang orang. Sedangkan duplikat Wayang Beber Pacitan dipegang oleh Rudhi Prasetyo dan berada di Desa Nanggungan Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. Jadi, Wayang Beber Pacitan yang dipentaskan sekarang adalah Wayang Beber hasil dari duplikasi. 

Berikut adalah skema garis pedalangan Wayang Beber Pacitan.