Minggu, 21 Februari 2016

DESA WISATA RUMAH DOME (DESA WISATA RUMAH TELETUBBIES)

Desa Wisata Rumah Dome terletak di Dusun Sengir, Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun Sengir berbatasan dengan Dusun Wukirharjo di sisi timur, di sisi barat berbatasan dengan Dusun Klero, di sisi selatan berbatasan dengan Dusun Dayakan, dan di sisi utara berbatasan dengan Dusun Kenaran. Nama Desa Wisata Rumah Dome dikenal pula dengan sebutan Desa Wisata Rumah Teletubbies karena bentuk rumahnya yang mirip dengan rumah Teletubbies, yaitu berbentuk setengah lingkaran. Rumah menjadi atraksi utama di desa wisata ini. Desa wisata ini mencakup dua RT, yaitu RT 02 dan RT 06. 

Jalan untuk menuju Desa Wisata Rumah Dome dalam kondisi baik dengan lebar jalan 3 meter dan sudah ada petunjuk arah yang jelas menuju ke lokasi. Kualitas jalan sangat baik berupa jalan aspal yang lebar dan lebih mulus daripada jalan masuk menuju lokasi. Untuk menuju Desa Wisata Rumah Dome, perlu menggunakan kendaraan pribadi, seperti motor dan mobil karena tidak tersedia kendaraan umum yang menjangkau hingga ke lokasi. 

Fasilitas umum yang terdapat di Desa Wisata Rumah Dome cukup memadai. Selain tersedia akses jalan yang baik, Desa Wisata Rumah Dome juga dilengkapi dengan welcome gate, mushola, aula, play garden, Poskesdes, parkiran, homestay, dan MCK komunal. Desa wisata ini juga telah dilengkapi dengan jaringan listrik, air bersih, dan tempat sampah. Pemberian bibit jambu dan mangga secara gratis dari desa membuat Desa Wisata Rumah Dome menjadi lebih hijau dan asri.

Berdasarkan data profil Dusun Sengir, 44,99% dari masyarakat Dusun Sengir pernah mengenyam bangku sekolah walaupun sebagian besar atau sekitar 17,17% hanya tamatan SD. Lainnya sebanyak 16,85% tamat SMA, 10,49% tamat SMP, dan 0,48% tamat perguruan tinggi. Sedangkan sisanya sebanyak 55,01% tidak tercantum dalam data yang ada. Di Desa Wisata Rumah Dome sendiri belum ada data mengenai tingkatan pendidikan warganya. Namun berdasarkan observasi, tampaknya generasi tua mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi keturunan mereka. Masyarakat Desa Wisata Rumah Dome merupakan penduduk yang sudah mengenal kehidupan modern dan mengikuti perkembangan teknologi terkini. Namun bukan berarti mereka melupakan tradisi nenek moyang yang diwariskan secara turun-temurun, seperti: slametan, rasulan, mitoni, dan nyekar.

Mayoritas penduduk Dusun Sengir adalah petani, yakni sebanyak 21,46%, disusul oleh karyawan swasta sebanyak 6,70%, wiraswasta 4,93%, guru/PNS 0,79%, dan pensiunan 0,16%. Sisanya, sebanyak 34,04% belum tercatat dalam data statistik Dusun Sengir. Sedangkan mayoritas penduduk yang bermukim di Desa Wisata Rumah Dome bekerja sebagai petani, yakni sekitar 14,60%, buruh 9,73%, karyawan swasta 5,31%, dan pedagang 3,54%. Sedangkan sisanya sebanyak 66,82% tidak tercatat dalam data statistik Desa Wisata Rumah Dome. Hal ini bukan berarti 66,82% tersebut tidak produktif, melainkan karena sebagian besar warga rumah dome adalah ibu rumah tangga dan anak-anak/balita.

Pada tahun 2006, tepatnya tanggal 27 Mei 2006, terjadi gempa bumi berkekuatan 6,7 SR di Yogyakarta. Gempa bumi yang terjadi pukul 05.59 WIB itu mengakibatkan salah satu daerah di timur Yogyakarta, yakni di Kampung Ngelepen, Dusun Sengir, Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan yang  berada di lereng perbukitan mengalami kerusakan yang sangat parah. Akibat dari bencana gempa bumi tersebut, Kampung Ngelepen tidak bisa ditinggali lagi karena tanah di perkampungan ini amblas sedalam 7 meter, lebar 15 meter, dan sepanjang 500 meter. Warga Kampung Ngelepen tidak hanya kehilangan tempat tinggal, namun tanah kelahirannya pun sudah tidak bisa ditempati lagi. Empat bulan lamanya warga tinggal di tenda hingga pada akhirnya terdengar kabar bahwa masyarakat akan direlokasi ke tempat yang lebih aman. Sebenarnya, saat itu warga dihadapkan oleh dua pilihan, yaitu mendapatkan bantuan berupa uang Rp 15.000.000 atau mendapatkan bantuan berupa rumah siap huni. Akhirnya warga memilih bantuan berupa rumah siap huni karena uang Rp 15.000.000 tidak cukup untuk memperbaiki rumah mereka yang sudah rata dengan tanah. 

Kompleks rumah dome dibangun atas kerjasama antara World Association of Non-Governmental Organizations (WANGO) dan Domes for the World Foundation (DFTW) dengan donatur tunggal Mohamed Ali Alabbar, Ketua Emaar Properties. Pada bulan April tahun 2007, rumah dome diserahkan kepada warga dan diresmikan oleh Taj Hamad (perwakilan dari DFTW), Ibnu Subiyanto (Bupati Sleman), Chung H. Kwak (Ketua WANGO), dan Mohamed Ali Alabbar (Ketua Emaar Properties). Sejak saat itu, rumah dome banyak diliput oleh media, baik media cetak maupun media elektronik, sehingga banyak orang mengetahui bahwa di Yogyakarta ada rumah yang bentuknya berbeda dari rumah Jawa pada umumnya. Masyarakat yang penasaran akan bentuk rumah yang unik ini kemudian datang berkunjung, sekedar untuk melihat dan mengobati rasa penasarannya. Lama-kelamaan, mulai banyak orang yang datang karena kabar yang menyebar dari mulut ke mulut, bahkan dari luar daerah. 

Dari tahun ke tahun, wisatawan semakin banyak berdatangan dan kebanyakan berasal dari luar Yogyakarta, bahkan ada juga wisatawan dari mancanegara. Pada awalnya tidak ada tarif masuk bagi wisatawan, hanya ada sumbangan sukarela untuk pengisian kas. Beberapa wisatawan memberi masukan untuk memanfaatkan dan mengelola kompleks rumah dome. Melihat respon publik yang luar biasa, akhirnya pemerintah daerah mengusulkan agar pemukiman rumah dome tersebut dikembangkan menjadi daerah wisata. Pada tahun 2009, Desa Wisata Rumah Dome resmi dibuka menjadi kawasan desa wisata bencana.    

Perkembangan Desa Wisata Rumah Dome tidak lepas dari dukungan masyarakat sekitar, terutama masyarakat Dusun Sengir dan masyarakat Desa Sumberharjo. Pengelola desa wisata terus berupaya melakukan promosi untuk meningkatkan kualitas Desa Wisata Rumah Dome dengan harapan agar Desa Wisata Rumah Dome semakin dikenal masyarakat, sehingga diharapkan banyak wisatawan yang tertarik mengunjungi dan melihat keunikan yang ada di Desa Wisata Rumah Dome. Promosi dilakukan melalui bermacam cara, yaitu dari mulut ke mulut dan dengan pembuatan brosur. Selain itu, desa wisata ini juga mempunyai barcode yang dibuatkan oleh mahasiswa KKN dari AKPRIND Yogyakarta dan juga mempunyai website dari AMPTA Yogyakarta. Promosi juga dilakukan melalui relasi-relasi para pengelola dan juga melalui jejaring sosial.

Fasilitas dan paket kegiatan yang ditawarkan Desa Wisata Rumah Dome sudah cukup lengkap. Desa Wisata Rumah Dome menyediakan lima belas homestay di mana homestay tersebut sebenarnya adalah rumah yang tidak ditinggali oleh pemiliknya karena pemiliknya pindah ke rumah lamanya yang sudah direnovasi. Desa Wisata Rumah Dome mengandalkan rumah dome sebagai atraksi utamanya. Sedangkan potensi lainnya, mereka memiliki makanan khas, yaitu emping garut. Objek-objek wisata pendukung yang bisa dikunjungi antara lain: peternakan komunal, Tanah Ambles, Belik Wunut, Belik Cangkok, Bukit Teletubbies, dan Galeri Rumah Dome. Badut Teletubbies juga menjadi icon dari Desa Wisata Rumah Dome. Dengan slogan “Omahku Bunder”, Desa Wisata Rumah Dome mampu menarik wistawan dari waktu ke waktu.

Rumah dome merupakan atraksi utama di Desa Wisata Rumah Dome. Rumah dome berbentuk setengah lingkaran seperti Igloo, rumah orang Eskimo. Tinggi rumah dome 4,6 m dengan diameter 7 m² dan tebal dinding 10 cm. Struktur lantai rumah dome berbentuk lingkaran dan ruangnya dibagi menjadi empat bagian sama besar, seperti potongan kue. Terdapat 80 unit bangunan dome di desa wisata ini, yang terdiri dari 71 unit rumah hunian, 6 unit MCK komunal, 1 unit mushola, 1 unit Poskesdes, dan 1 unit aula. 15 unit rumah hunian yang dikosongkan pemiliknya, akhirnya dijadikan sebagai homestay atau penginapan bagi para wisatawan. Bentuk rumah yang berbeda dari rumah Jawa, bahkan berbeda dari rumah Indonesia pada umumnya ini dianggap sebagai sesuatu yang unik, sehingga menjadi daya tarik utama dari desa wisata yang juga dikenal dengan Desa Wisata Rumah Teletubbies. Rumah dome ini bahkan tahan terhadap gempa, kebakaran, dan angin puting beliung. Desa Wisata Rumah Dome juga memiliki Galeri Rumah Dome yang mulai diresmikan pada bulan Oktober 2014. Galeri Rumah Dome ini adalah salah satu hasil dari KKN mahasiswa AKPRIND Yogyakarta. Galeri Rumah Dome terletak di blok A10, yang sebelumnya dijadikan homestay oleh pengelola.

Desa wisata bencana ini menawarkan berbagai atraksi wisata, yaitu: (1) atraksi arsitektur, yang meliputi Rumah Dome dan Galeri Rumah Dome; (2) atraksi alam, yang meliputi: Belik Wunut, Tanah Ambles, Bukit Dayakan (Bukit Teletubbies), Belik Cangkok, dan Candi Kajiman; (3) atraksi kesenian, yang meliputi: campursari, Ronda Tek-tek, dan jathilan; serta (4) atraksi kuliner, yang meliputi emping garut dan wedang udhak sereh. Nah, di sini saya ingin sedikit mengulas tentang atraksi alamnya. Mengapa atraksi alam? Entahlah. Mungkin karena wajah saya yang alami. Halah!

 
Belik Wunut
Ini dia Belik Wunut di Desa Wisata Rumah Dome. Letak Belik Wunut ini tidak jauh dari kompleks Rumah Dome, yakni sekitar 500 meter. Untuk mengunjungi Belik Wunut ini, wisatawan hanya perlu berjalan kaki ke timur kompleks Rumah Dome sekitar 10 menit. Dinamakan Belik Wunut karena airnya berasal dari bawah pohon wunut yang sangat langka. Ada dua belik di sini, yang satu rasa airnya sedikit manis, dan yang satu lagi rasa airnya tawar biasa. Belik ini tidak pernah kering walaupun kemarau panjang. Konon, wajah kita akan selalu awet muda jika membasuh muka di belik ini. Tidak percaya? Coba saja.


Tanah Ambles
Bukan hanya tempat-tempat indah yang bisa dijadikan destinasi wisata. Tempat yang terlihat biasa saja ini juga bisa dikunjungi untuk para traveler yang hobi mengenang masa lalu alias susah move on. Ini salah satu sudut dari suatu tempat yang bernama Tanah Ambles. Tanah Ambles adalah bekas perkampungan Ngelepen, Dusun Sengir, Desa Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta yang amblas akibat gempa tahun 2006 lalu. Kampung ini sekarang tidak lagi dihuni karena secara geografis sangat rawan dan tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai wilayah pemukiman. Warga Ngelepen telah direlokasi ke tempat yang lebih aman, yakni di kompleks perumahan dome. Tanah Ambles kini dibuka sebagai jalur tracking bagi mereka yang ingin menikmati wisata bencana. Tempat ini menyisakan puing-puing bangunan di dalam hutan. Konon, semenjak ditinggalkan penghuninya, Tanah Ambles menjadi sebuah "kerajaan gaib" dan dihuni oleh para lelembut. Banyak cerita mistis yang beredar di masyarakat mengenai Tanah Ambles. Cerita-cerita tersebut kemudian berlanjut menjadi sebuah komoditas dalam kepariwisataan yang bernilai ekonomis loh.


Bukit Dayakan/Bukit Teletubbies
Bukit Dayakan lebih dikenal dengan sebutan Bukit Teletubbies, merupakan titik tertinggi dari Dusun Sengir, Desa Sumberharjo. Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Bukit Teletubbies terletak di timur Desa Wisata Rumah Dome. Jalan menuju Bukit Teletubbies sangat curam. Sebagian jalan sudah diaspal dengan bagus, sebagian lagi berupa aspal rusak. Untuk masuk ke arah lokasi, jalan masih berupa tanah dan bebatuan. Dibutuhkan waktu sekitar 10 menit menggunakan motor, atau sekitar 45 menit berjalan kaki untuk mencapai puncak Bukit Teletubbies. Bagi yang menggunakan motor, motor dapat diparkir di depan rumah Mbah Marmo, kemudian sedikit berjalan kaki untuk mendaki puncak bukit. Wisatawan harus berhati-hati ketika menaiki dan menuruni bukit ini karena kontur tanah yang tidak rata dan berkerikil, yang serupa dengan jalan setapak. Pemandangan dari bukit ini begitu indah, terlebih ketika matahari tenggelam. Ketika malam hari, wisatawan dapat melihat kelap-kelip lampu kota dari atas bukit, tidak kalah indah dengan Bukit Bintang di daerah Patuk, Yogyakarta. Dari atas bukit ini, wisatawan juga bisa melihat kompleks rumah dome yang terlihat seperti kumpulan telur berwarna putih. Rumah dome terlihat kecil dari atas bukit dan tidak semua rumah terlihat karena sebagian tertutup oleh pepohonan yang ada di lereng perbukitan.

 

Belik Cangkok
Belik cangkok merupakan salah satu sumber mata air di Kampung Ngelepen. Belik ini terletak di lokasi Tanah Ambles. Belik tersebut yang memenuhi kebutuhan akan air bagi warga Ngelepen sebelum terjadi gempa. Belik tersebut terlihat seperti sumur biasa, namun kedalamannya mencapai 10 meter. Belik Cangkok merupakan kenangan yang tidak terlupakan bagi warga Ngelepen karena letaknya di bukit Sengir yang merupakan tanah kelahiran warga Sengir. Atraksi alam ini sempat ditutup karena dianggap “rawan” bagi wisatawan. Karena lokasi belik yang ada di area Tanah Ambles, maka tempat ini juga merupakan tempat yang angker, sehingga pengelola memutuskan untuk menutup sementara belik ini. Setelah diadakan slametan, tempat ini dibuka kembali sebagai jalur tracking. Slametan ini bertujuan untuk meminta izin kepada “penghuni” belik untuk membuka tempat tersebut sebagai tempat wisata.

Candi Kajiman
Candi Kajiman berbentuk gundukan bebatuan yang cukup tinggi dan besar-besar, yang terletak di lokasi Tanah Ambles. Jika dilihat sepintas, gundukan tersebut tidak nampak seperti sebuah candi, yang terlihat hanya bebatuan yang besar-besar. Menurut kepercayaan warga sekitar, Candi Kajiman merupakan istana bagi roh para raja-raja di tanah Jawa. Konon, yang bisa melihat candi ini hanya orang-orang yang mempunyai mata batin. Orang-orang tersebut harus melakukan ritual-ritual tertentu, seperti puasa dan bertapa. Candi Kajiman dapat dikatakan sebagai candi yang fana atau tidak nyata.

Pengen tahu lebih detail tentang Desa Wisata Rumah Dome? Atau tentang bagaimana arsitektur rumah dome dipandang dari segi Antropologi Pariwisata? Silakan lanjut ke link berikut, gaes! (http://digilib.fib.ugm.ac.id/files/view/6dd0170df5904b9393abe7c19bc9586c.php#/180)