Sabtu, 09 Juli 2016

HIPNOTERAPI: ANTARA PENYEMBUHAN FISIK DAN MENTAL

Pendahuluan
Antropologi kesehatan tidak boleh dipandang sebagai penggabungan dari dua disiplin yang longgar, biologi dan sosial-budaya, karena seringkali masalah-masalah yang dihadapi kedua disiplin ilmu tersebut saling membutuhkan data maupun teori-teori dari kedua bidang yang bersangkutan (Foster & Anderson, 2009: 2). Penyakit mental, misalnya, tidak semata-mata dapat dipelajari dalam kerangka faktor fisiologis atau biokimia belaka, atau pun faktor sosio-budaya yang mengarah pada kondisi psikologis seperti: stress. Penyakit mental dapat dipelajari dalam gabungan kacamata kedua disiplin, yang salah satunya adalah menggunakan hipnoterapi untuk memperoleh pemahaman lebih mendalam dari faktor-faktor yang berpengaruh.

Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan pada subjek dalam kondisi hipnosis. Hipnosis adalah suatu keadaan fokus, tenang, dan rileks, sehingga dapat mencerna informasi atau sugesti yang masuk ke dalam pikiran (Sugara, 2013: 1). Kata hipnosis diambil dari nama dewa Yunani yang bernama “hypnoze” (tidur) dan pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter yang bernama James Braid pada abad ke-19. Awalnya, hipnosis banyak digunakan di dunia kedokteran, terutama untuk mengurangi rasa sakit saat melakukan operasi. Sebelum ditemukannya obat bius, para dokter melakukan operasi dengan memanfaatkan kondisi hipnosis. 

Hipnoterapi sering digunakan untuk memodifikasi perilaku subjek, isi perasaan, sikap, juga keadaan seperti kebiasaan disfungsional, kecemasan, sakit sehubungan stress, manajemen rasa sakit, dan perkembangan pribadi. Dengan kata lain, hipnoterapi merupakan aplikasi hipnosis yang digunakan untuk terapi, dan membantu orang yang mengalami psikosomatis atau mental block. Hipnoterapi memiliki penggunaan yang begitu luas, karena dapat menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan emosi dan perilaku. Lantas, bagaimana peran hipnoterapi dalam penyembuhan penyakit fisik dan mental seseorang?

Sekilas Tentang Hipnosis dan Hipnoterapi
Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran dimana fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconcious), di mana tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada kondisi “hypnotic trance” lebih terbuka terhadap sugesti dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut berlebih (phobia), trauma ataupun rasa sakit. Individu yang mengalami hipnosis masih dapat menyadari apa yang terjadi di sekitarnya berikut dengan berbagai stimulus yang diberikan oleh terapis.

Kasus pencabutan gigi pertama menggunakan hipnosis dilakukan pertama kali pada tahun 1823. Diikuti dengan proses melahirkan menggunakan hipnosis pada tahun 1826. Selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, hipnoterapi digunakan untuk memberikan perlakuan pada para prajurit yang mengalami trauma. Pada tahun 1955, British Medical Association menyatakan bahwa hipnosis layak digunakan untuk mengobati histeria dan digunakan sebagai anastesi. Tahun 1958, American Medical Association membuat pernyataan yang sama sekaligus mengkritik keras hipnosis yang ditujukan sebagai hiburan/pertunjukan (stage performance). Tahun 1960, American Psychology Association membentuk dewan penilai kelayakan seorang hipnotis. Kini, beberapa Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi telah memberikan mata kuliah hipnosis. Adapun universitas yang memiliki jurusan khusus hipnosis adalah Universitas Pepperdine di California.

Terapi hipnosis (hypnotherapy) kini merupakan fenomena ilmiah. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa hipnoterapi menstimulir otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat di otak, encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk meningkatkan mood sehingga dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya. Sementara menurut Profesor John Gruzelier, seorang pakar psikologi di Caring Cross Medical School, London, guna menginduksi otak dilakukan dengan memprovokasi otak kiri untuk nonaktif dan memberikan kesempatan kepada otak kanan untuk mengambil kontrol atas otak secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat otak fokus pada suatu hal secara monoton menggunakan suara dengan intonasi datar, seolah-olah tidak ada hal penting yang perlu diperhatikan.

Secara umum, mekanisme kerja hipnoterapi sangat terkait dengan aktivitas otak manusia. Aktivitas ini sangat beragam pada setiap kondisi yang diindikasikan melalui gelombang otak yang dapat diukur menggunakan alat bantu EEG (Electroenchepalograph). Berikut diuraikan berbagai gelombang otak disertai dengan aktivitas yang terkait:
  • Beta (14 - 25 Hz)(normal): Atensi, kewaspadaan, kesigapan, pemahaman, kondisi yang lebih tinggi diasosiasikan dengan kecemasan, ketidaknyamanan, kondisi lawan/lari. 
  • Alpha (8 – 13 Hz)(meditatif): Relaksasi, pembelajaran super, fokus relaks, kondisi trance ringan, peningkatan produksi serotonin, kondisi pra-tidur, meditasi, awal mengakses pikiran bawah sadar (unconscious).
  • Theta (4 – 7 Hz)(meditatif): Tidur bermimpi (tidur REM/Rapid Eye Movement), peningkatan produksi catecholamines (sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreativitas, pengalaman emosional, berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang dipelajari, hypnogogic imagery, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar (unconscious).
  • Delta (0,5 – 3 Hz)(tidur dalam): Tidur tanpa mimpi, pelepasan hormon pertumbuhan, kondisi non fisik, hilang kesadaran pada sensasi fisik, akses ke pikiran bawah sadar (unconscious) dan memberikan sensasi yang sangat mendalam ketika diinduksi dengan Holosinc.

Hipnoterapi : Antara Penyembuhan Fisik dan Mental
Hipnosis secara perlahan telah menunjukkan keberadaannya seiring dengan semakin meningkatnya penerimaan dalam dunia medis. Hipnosis banyak digunakan di berbagai bidang, seperti: bidang pengobatan dan olahraga untuk mengubah mekanisme otak manusia dalam menginterprestasikan pengalaman dan menghasilkan perubahan pada persepsi dan tingkah laku, bidang pendidikan (hypnolearning), bidang forensik (hypnoforensic), terapi penyembuhan mental (clinical hypnotherapy), bidang pemasaran/bisnis (hypnomarketing), dan hiburan (stage hypnosis). Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa aplikasi hipnosis untuk tujuan perbaikan (therapeutic) dikenal sebagai hipnoterapi.

Untuk melakukan hipnoterapi, ada tindakan yang dikenal dengan istilah induksi atau menginduksi. Kecakapan menginduksi berbanding lurus dengan subjek hipnosis menerima sugesti. Karena semua hipnosis adalah self-hypnosis, jika subjek hipnosis tidak bersedia dihipnosis, maka ia akan sulit dihipnosis. Dalam bidang hipnoterapi, subjek hipnosis ini disebut klien. Untuk memudahkan melakukan hipnosis, hipnoterapis perlu mengetahui perihal tingkat sugestibilitas klien. Sugestibilitas adalah kepribadian hipnotik seseorang yang ditentukan atau dipengaruhi oleh semua pengondisian dan pengalaman hidup, terutama pada usia 6 hingga 8 tahun. Berdasarkan Stanford Hypnotic Susceptibility Scale (SHSS), secara umum manusia terbagi dalam tiga kelompok sugestibilitas: yang sangat mudah dihipnotis sebesar 10% dari populasi, yang moderat 85% (sugestibilitas normal), dan yang sulit 5% (sulit dihipnosis) (Gunawan dalam Karyadi, 2013: 12).

Di ruang terapi, seorang hipnoterapis tidak begitu mempermasalahkan perihal tingkat sugestibilitas klien karena ada tahapan-tahapan yang harus diterima dan diikuti oleh klien dalam proses terapi, mulai dari tahapan interview, qualifying, induksi, hingga proses restructuring. Jika tahap awal diterima secara sadar oleh klien dengan sungguh-sungguh tanpa ada penolakan, maka tingkat sugestibilitas klien tidak begitu menjadi masalah. Kesiapan mental klien secara sadar untuk menerima sugesti digunakan sebagai acuan untuk memudahkan memberi sugesti oleh hipnoterapis kepada klien. Setiap proses melakukan tindakan hipnoterapi terlebih dahulu dilakukan kontrak hipnosis.

Hal menarik dalam masa rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seseorang (usia 3 bulan dalam kandungan hingga usia 8 tahun) terjadi ketika ada masa di mana seseorang mengalami suatu kejadian atau peristiwa yang cenderung traumatik. Meskipun peristiwa itu hanya sederhana, tetapi saat peristiwa tersebut memunculkan emosi negatif sangat intens, yang meninggalkan rekaman kesan emosi negatif yang sangat kuat pada pikiran bawah sadar seseorang, maka dapat menimbulkan berbagai masalah dan perilaku negatif seseorang di masa depannya. Hal yang mungkin terjadi adalah kesan traumatis atau hanya sekedar phobia (ketakutan tidak beralasan), atau bahkan bisa menjadi penyebab seseorang mengalami penyakit fisik tertentu.

Bhante Karyadi, seorang ulama Buddhis yang terbuka, melalui buku “Sembuh dengan Hipnoterapi” (2013) mengemukakan pengalamannya saat melakukan hipnoterapi kepada klien-kliennya. Karyadi (2013: 13 – 14) pernah menangani klien yang mengidap penyakit kanker rahim atau kista. Karyadi menemukan sumber masalah ketika klien berusia 5 tahun ketika me-release emosi negatif klien. Ketakutan adalah emosi negatif yang terungkap, paling dominan dirasakan oleh klien. Selanjutnya, Karyadi melakukan regresi ketika klien berusia 5 tahun, saat masih di kampung halamannya di Pulau Sumatra. Saat umur 5 tahun, klien pernah membeli permen di sebuah kedai di seberang jalan rumahnya. Sekembalinya membeli permen, saat sudah hampir mencapai pintu pagar rumahnya, klien hampir terserempet mobil angkutan kota yang melaju kencang. Kejadian itu terlihat langsung oleh ayahnya. Setelah masuk rumah, ayahnya malah memarahinya, “Tidak hati-hati…. Ceroboh… Sembarangan…!!!” Makian lain yang terucap dari mulut ayahnya juga masih membekas, sehingga klien semakin takut hingga tubuhnya menggigil. Melihat anaknya masih terlihat ketakutan, sang ayah masih saja memasang ekspresi marah dan tidak mendinginkan suasana hati klien. Saat itu, ibu klien sedang berbelanja ke pasar, sehingga tidak mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Sekembalinya dari pasar, sang ibu melihat klien dengan mata sembap dan masih terisak. Ibunya sempat menanyakan alasan kenapa klien menangis, namun klien tidak berani menjawab sama sekali. Kemudian sang ibu menanyakan hal itu kepada suaminya, dan suaminya menceritakan kejadian sebenarnya. Akhirnya, sang ibu memeluk dan menggendong klien untuk menenangkannya. Klien baru merasakan kenyamanan saat dalam pelukan ibunya.

Peristiwa yang sudah terlupakan selama 38 tahun silam itu ternyata masih melekat di pikiran bawah sadar klien. Suatu ketika, klien sering terlambat datang bulan. Pola menstruasinya tidak teratur. Rasa perih pada bagian perut selalu dirasakan klien saat datang bulan. Akhirnya, klien memeriksakan keluhannya yang sering terlambat datang bulan sejak 4,5 tahun terakhir kepada dokter. Dari hasil pemeriksaan medis, klien didiagnosa penyakit yang cukup serius, yaitu kista/kanker rahim. Kanker rahim, yang notabene merupakan penyakit fisik, bukan hanya disebabkan oleh faktor fisik. Sumber penyakit yang mengondisikan klien adalah faktor emosi negatif, terutama rasa takut dan cemas yang masih terekam kuat di pikiran bawah sadar klien. Meskipun peristiwa sederhana terjadi di masa kecilnya, ketika klien beranjak dewasa, bahkan setelah melahirkan dan anak-anaknya bertumbuh dewasa, penyakit kistanya baru muncul setelah tersugesti oleh ucapan seseorang yang dipandang klien sebagai figur otoritas karena faktor profesi di bidang medis mengacu dari hasil diagnosa yang dilakukannya. Klien menganggap apa yang disampaikan figur otoritas ini sebagai kebenaran, sehingga klien menerima secara utuh apa yang diucapkannya. Setelah melalui proses hipnoterapi, diketahuilah sebab awal masalah klien yang bersumber dari peristiwa sederhana di masa kecilnya. Proses hipnoterapi hanya dilakukan selama 3 – 4 jam, dan dalam kurun waktu 4 bulan kemudian kista bersih dari rahimnya. Klien terhindar dari operasi pengangkatan rahim yang pernah disarankan oleh pihak medis.

Hipnoterapi, salah satunya berfungsi untuk menyembuhkan penyakit fisik, seperti: kanker dan serangan jantung. Emosi negatif akibat dari satu pengalaman traumatis masa lalu bisa menjadi pemicu munculnya penyakit fisik. Keadaan ini sering disebut psikosomatik, yaitu penyakit fisik yang berkaitan dengan masalah emosi negatif. Proses kesembuhan psikosomatik melalui hipnoterapi membuktikan kebenaran bahwa hipnoterapi berperan aktif mengatasi masalah kesehatan fisik dan mental. Hipnoterapi mempercepat pemulihan kondisi seorang penderita. Hal ini sangat dimungkinkan karena hipnoterapi diarahkan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memprogram ulang penyikapan individu terhadap penyakit yang dideritanya. 

Hipnoterapi sangat berguna dalam mengatasi beragam kasus berkenaan dengan penyakit mental: kecemasan, ketegangan, depresi, phobia dan dapat membantu untuk menghilangkan kebiasaan buruk, seperti ketergantungan pada rokok, alkohol, dan obat-obatan. Dengan memberi sugesti, seseorang terapis dapat membangun berbagai kondisi emosional positif berkenaan dengan menjadi seorang bukan perokok dan penolakan terhadap rasa ataupun aroma rokok. Khusus untuk phobia, hipnoterapi digunakan untuk mereduksi kecemasan yang mengambil alih kontrol individu atas dirinya. Hal ini dapat diwujudkan dengan menciptakan suatu gambaran nyata tentang kondisi yang menyebabkan phobia namun individu tetap dalam kondisi relax, sehingga membantu mereka untuk menyesuaikan ulang reaksi mereka pada kondisi yang menyebabkan phobia menjadi normal dan respon yang lebih tenang.

Hipnoterapi dapat digunakan untuk membawa orang mundur ke masa lampau atau regresi kehidupan masa lalu untuk mengobati trauma dengan memberikan kesempatan untuk mengubah “fokus” perhatian. Hipnoterapi juga dapat digunakan untuk meningkatkan optimalitas pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran, hipnoterapi dapat aplikasikan untuk meningkatkan daya ingat, kreativitas, fokus, merubuhkan tembok batasan mental (self limiting mental block) dan lainnya.

Dengan menggunakan bantuan hipnosis, seorang hipnoterapis dapat dengan mudah masuk ke pikiran bawah sadar klien dan melakukan otak-atik “program”. Akibatnya bisa positif, bisa pula negatif. Modifikasi atau rekonstruksi “program” pikiran ini selanjutnya akan mempengaruhi perilaku seseorang dan sebagai hasil akhir sudah tentu hidup orang juga akan berubah. Hipnoterapi di tangan praktisi yang cakap, kompeten, penuh integritas, dan bertanggung jawab telah terbukti secara klinis dan empiris efektif dan efisien dalam meningkatkan dan memberdayakan potensi diri untuk keluar dari jerat masalah yang mendera hidup, yang disebabkan oleh faktor mental dan emosi (Gunawan dalam Karyadi, 2013). Dengan menggunakan mind technology, hipnoterapis dapat memanfaatkan trance logic dan berbagai teknik terapi untuk melakukan rekayasa ulang, modifikasi, dan rekonstruksi memori dan menetralkan muatan emosi negatif yang melekat pada memori untuk membentu menyembuhkan berbagai luka batin akibat pengalaman traumatis, yang parahnya bisa menimbulkan penyakit fisik pada seseorang.

Luka batin (psychological shock) yang dialami seseorang mempengaruhi kondisi pikiran dan perasaannya, yang termanifestasi dalam berbagai bentuk pola perilaku destruktif yang tampak seolah-olah wajar. Masalah yang cukup pelik ini sulit diatasi dengan cara atau metode biasa. Dengan bantuan hipnoterapi klinis, dapat diselesaikan dengan sangat cepat pada level yang paling dalam, yaitu di level pikiran bawah sadar. Hipnoterapi selain cepat menyembuhkan luka batin/penyakit mental, juga bisa digunakan untuk mengsugesti penderita penyakit fisik. Karena pada dasarnya, penyakit fisik tidak hanya disebabkan oleh faktor fisiologis dan biokimia, namun juga faktor psiko-sosial-budaya. Seringkali, penyakit fisik berhubungan dengan mental dan emosi yang cenderung negatif, sehingga menimbulkan kondisi traumatik yang – apabila berlanjut – berdampak pada penyakit fisik.

Uraian mengenai hipnoterapi di atas sepadan dengan pandangan di sebuah desa Mestizo bernama Tzintzuntzan di Meksiko di mana kesehatan didefinisikan dalam rangka keseimbangan antara kekuatan-kekuatan “panas” dengan “dingin” yang terdapat dalam tubuh manusia dan dalam alam sekitar. Pandangan tersebut ternyata hanya merupakan pernyataan khusus dari suatu pandangan hidup yang lebih luas, yakni bahwa masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang memiliki berbagai keseimbangan, baik itu ekonomi, keadilan, kekuasaan, dan sebagainya. Dalam pandangan yang lebih mikro, keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan jasmani-rohani/keseimbangan jiwa-raga/keseimbangan fisik-mental individu.

Lain halnya dengan pengobatan tradisional Cina. Dalam pengobatan tradisional Cina, dapat dilihat bagaimana pandangan hidup mempengaruhi ide dan praktik kedokteran: penyakit dianggap sebagai akibat dari disharmoni atau “kekurangan terjadinya pasang dan surut” antara kekuatan yin dan yang (Foster & Anderson, 2009: 49). Manusia dianggap sebagai mikrokosmos dari jagat raya yang terdiri dari lima unsur: kayu, api, tanah, logam, dan air, yang sebaliknya mempengaruhi lima bagian tubuh: panca indera, panca warna, dan panca rasa. Pandangan yang demikian tidak mendorong suatu studi anatomi. Kedokteran Cina ditandai oleh pikiran-pikiran yang kabur mengenai anatomi manusia. Berbeda dengan hipnoterapi yang “memprogram ulang” pikiran bawah sadar, terapi pengobatan Cina ditujukan terhadap pemulihan elemen yang yang hilang dengan pemberian bagian organ hewan yang diduga memiliki kadar tinggi dari material tersebut.

Seringkali, orang menganggap hipnoterapi merupakan praktik kekuatan supranatural. Pandangan ini muncul karena tidak banyak orang yang tahu-menahu terhadap ilmu hipnosis. Dalam kondisi hipnosis, orang sebenarnya memiliki kesadaran terhadap apa yang terjadi, hanya saja lebih reseptif dalam menerima sugesti dan informasi. Tidak ada kaitannya dengan dunia gaib, karena memang hipnosis merupakan kondisi umum yang pasti dialami oleh setiap orang. Pada dasarnya, hipnoterapi harus berdasarkan persetujuan dari klien. Jika klien tidak mau atau menolak memasuki kondisi hipnosis, maka klien secara penuh dapat mengendalikan dirinya. Hipnoterapi tidak membuat seseorang lupa dengan apa yang terjadi pada dirinya. Bahkan sebaliknya, orang menyadari secara penuh mengenai memori kehidupannya. Dengan mudah, hipnoterapi mampu mengubah cara berpikir (mindset) seseorang untuk hal-hal yang positif. Jika klien memiliki persepsi bahwa suatu pengalaman tertentu membuat hidupnya menderita, maka pikiran bawah sadar akan menilainya sebagai sebuah ancaman dan membuat pemiliknya menghindari situasi tersebut. Namun jika klien mampu menilai semua kejadian dengan perasaan positif untuk kemajuan dan perkembangan dirinya walaupun kejadian itu menyakitkan, maka pikiran bawah sadar akan mengarahkan hidupnya semakin positif dan bahagia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya kesehatan fisik berkaitan dengan kesehatan mental masing-masing orang, di mana seseorang yang memiliki kecenderungan penyakut mental, maka bisa jadi akan berdampak pada kondisi kesehatan fisiknya sendiri.

Penutup
Hipnoterapi adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk bisa menjangkau pikiran bawah sadar dengan cepat dan mudah. Perubahan perilaku selama ini cukup sulit dilakukan karena pada umumnya orang tidak mengerti cara masuk ke pikiran bawah sadar yang menyimpan berbagai “program” yang mengendalikan dirinya. Ada lima cara untuk masuk ke pikiran bawah sadar: (1) Repetisi; (2) Identifikasi kelompok atau keluarga; (3) Informasi yang disampaikan oleh figur yang dipandang mempunyai otoritas; (4) Emosi yang intens; dan (5) Kondisi alfa atau hipnosis.

Filter mental (pikiran sadar) baru mulai terbentuk saat anak berusia 3 tahun. Filter ini akan semakin menebal pada usia 8 tahun dan akan sangat tebal pada usia 13 tahun. Walaupun pikiran sadar ini semakin kuat kerjanya pada usia 13 tahun, dari penelitian yang lain didapatkan satu penemuan menarik, yaitu anak mulai usia 0 – 13 tahun masih sangat banyak yang beroperasi pada gelombang otak theta (4 – 8 Hz). Ini adalah gelombang pikiran bawah sadar. 

Seorang klien akan melakukan perintah yang disugestikan oleh hipnoterapis bergantung pada dua hal. Pertama, kecakapan hipnoterapis dalam meyakinkan pikiran bawah sadar klien bahwa si klien harus melakukan yang diminta oleh si hipnoterapis. Kedua, apabila ternyata nilai-nilai yang dipegang oleh klien mengijinkan untuk melakukan perintah yang diminta oleh hipnoterapis. Hipnoterapi bisa mempercepat pemulihan kondisi seorang penderita penyakit fisik. Hal ini sangat dimungkinkan karena hipnoterapi diarahkan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memprogram ulang penyikapan individu terhadap penyakit yang dideritanya.

Referensi
Foster, Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI-Press.

Karyadi. 2013. Sembuh dengan Hipnoterapi. Jakarta: Gramedia.

Putra, Derichard H. 2012. "Antropologi Kesehatan: Sebuah Definisi", (Online) (http://kalamenau.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan-sebuah-definisi.html, diakses tanggal 11 November 2013).

Sugara, Gian Sugiana. 2013. Terapi Self-Hypnosis: Seni Memprogram Ulang Pikiran Bawah Sadar. Jakarta: Indeks.

0 komentar:

Posting Komentar