Sekilas Tentang Ethnomedicine
Pada tahun 1924, W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa kepercayaan medis dan praktiknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. River menyatakan praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syarat-syarat yang mendasari kepercayaan medis. River juga menyatakan keberadaan tiga pandangan dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memilki model perilaku medis yang sesuai.
Pada tahun 1924, W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa kepercayaan medis dan praktiknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. River menyatakan praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syarat-syarat yang mendasari kepercayaan medis. River juga menyatakan keberadaan tiga pandangan dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memilki model perilaku medis yang sesuai.
Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, mengungkapkan orientasi teoritisnya dalam bentuk lima generalisasi, yaitu: (1) studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah sifat tunggal melainkan konfigurasi budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan temapt dimana pola medis berada dalam totalitas tersebut, (2) ada begitu banyak pengobatan primitif, (3) bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara fungsional saling berkaitan, (4) pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan kepercayaan dan definisi budaya, dan (5) manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya merupakan pengobatan gaib.
Ethnomedicine adalah pengobatan suatu penyakit yang dilakukan berdasarkan kepercayaan dan praktik yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli/lokal dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka konseptual kedokteran. Ethnomedicine pada awalnya merupakan pengobatan pada sekelompok orang dan metodenya menggunakan kepercayaan pada sesuatu yang abnormal yang dapat disembuhkan dengan ritual, upacara, dan supranatural. Pada dasarnya, ethnomedicine tidak hanya menyembuhkan penyakit secara fisik, namun juga secara psikis, sosial, dan budaya meskipun cenderung tradisional. Penelitian ethnomedical interdisipliner, atau dalam studi tentang obat-obatan tradisional menerapkan metode etnobotani dan antropologi medis. Studi ethnomedical ilmiah merupakan salah satu penelitian antropologi atau penelitian penemuan obat.
Salah satu contoh ethnomedicine adalah gurah. Gurah merupakan pengobatan tradisional yang pada umumnya dilakukan dengan meneteskan ramuan ke lubang hidung, dengan tujuan mengeluarkan kotoran-kotoran yang ada di seluruh tubuh bersama dengan keluarnya lendir melalui lubang hidung. Cara tradisional ini merupakan tradisi pondok pesantren. Gurah merupakan cara pengobatan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Semula, gurah memang hanya dipakai oleh kalangan pondok pesantren, agar suara menjadi bening dan nyaring ketika membaca Al-Qur'an. Namun pada perkembangannya, saat ini, tak hanya para qori'/qori'ah saja yang menggunakan jasa para penggurah. Banyak penyanyi dangdut, pop dan rock mencoba membenahi ataupun mempertahankan kemerduan suaranya dengan cara gurah. Lalu, bagaimana khasiat gurah dalam mengatasi berbagai macam penyakit sebagai ethnomedicine di Imogiri Bantul?
Gurah Sebagai Etnomedicine
Gurah menggunakan tumbuhan sirgunggu yang ada di sekitar Giriloyo, dekat makam raja-raja Mataram. Mereka percaya, hanya sirgunggu dari sana saja yang berkhasiat. Padahal sebenarnya tanaman obat ini bisa tumbuh di mana saja, bahkan di seluruh Indonesia, sehingga dikenal dengan berbagai nama, antara lain kertase, pinggir tosek (Madura), simar baungkudu (Toba), tinjau handak (Lampung), segunggu (Sunda) dan sagunggu, sirgunggu (Jawa).
Tumbuhan sirgunggu berupa perdu yang tingginya 3 m. Daunnya bertangkai pendek, berbentuk bulat telur sampai memanjang, tebal dan kaku. Tepi daun beringgit. Bunganya berwarna putih-violet tersusun dalam malai. Buah yang berwarna hijau kehitaman berupa buah batu berbentuk bulat telur. Tumbuhan obat yang satu ini ternyata sudah banyak dimanfaatkan masyarakat sejak dulu. Akarnya diremas-remas halus dan ditelan untuk mendapatkan suara nan jernih. Seduhan akarnya merupakan obat asma, bronkhitis, atau sebagai peluruh air seni (kencing batu).
Daun sirgunggu bermanfaat untuk menyegarkan kondisi wanita yang sedang nifas. Sebagai obat luar, daun ditumbuk dengan adas pulosari untuk encok dan nyeri atau kelelahan pada sendi. Daun mudanya diremas-remas dan ditambah sedikit kapur menjadi obat gosok. Seduhan daun dengan garam serta temulawak dapat diminum untuk perut yang membusung dan sebagai obat cacing. Infus daun tumbuhan ini sudah diteliti secara in vitro mampu menghancurkan batu ginjal. Di lampung buah masak atau yang masih mentah dikunyah bersama sirih untuk obat batuk berat. Penelitian di National Cancer Institut, Washington menyatakan, ekstrak air tumbuhan ini aktif sebagai anti-HIV in vitro. Kandungan kimia tumbuhan sirgunggu pada bagian-bagian tubuhnya berbeda-beda. Daunnya mengandung unsur kalium, sedikit natrium, alkaloid, dan flavonoid flavon. Pada kulit akarnya terdapat glikosida fenol, manitol, dan sitosterol. Sementara kulit batangnya mengandung senyawa triterpen, asam ureanulat, asam kueretaruat, dan asam seratogenat.
Di daerah Imogiri, Bantul, Yogyakarta, sirgunggu digunakan untuk gurah, yaitu dengan cara kulit akar ditumbuk dan diseduh dengan air, kemudian diteteskan pada hidung guna mengobati berbagai penyakit yang berkaitan dengan lendir, seperti asma, batuk, atau untuk memperoleh suara yang jernih. Efeknya berupa pengeluaran lendir dari hidung dan mulut. Namun cara tradisional gurah tetes melalui hidung dirasa kurang efektif dan efisien karena pasien harus datang langsung ke tempat gurah atau memanggil ahlinya. Selain itu, prosesi gurah tetes memerlukan waktu antara 1-2 jam. Oleh karena itu, terdapat inovasi yang lebih efektif, yaitu dengan membuat ramuan gurah dalam berbagai bentuk, di antaranya kapsul dan teh.
Kapsul gurah Perusahaan Jamu Loka H. Djawadi dibuat dengan tumbuhan sirgunggu ditambah 11 macam racikan jamu Jawa dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat dan bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti asma, amandel, ambeien, asam urat, lumpuh, leukemia, lever, lemah syahwat, epilepsi, diabetes, jantung, kanker, tumor, paru-paru, bahkan penyakit berat lain yang sulit disembuhkan seperti: stress, gila, ginjal, dan AIDS. Kapsul gurah ini memiliki daya kerja yang beragam, di antaranya yaitu: (1) memberdayakan fungsi ginjal; (2) membantu pertumbuhan sel darah baru; (3) memanaskan sel-sel darah beku dan sel-sel darah yang dikirim ke otak; (4) mencuci dan menutup luka pada lambung, usus 12 jari, usus tua/muda; (5) relaksasi pembuluh darah Vena; (6) melarutkan lemak-lemak, asam urat pancreas maupun kolesterol dalam darah yang sudah tidak dipakai dan kotor; serta (7) meningkatkan daya konsentrasi, menjaga kehangatan suhu tubuh untuk mendapatkan stamina yang prima dan vitalitas yang stabil. Untuk penyembuhan, kapsul ini diminum 4 kali sehari masing-masing 2 kapsul sekali minum. Kapsul gurah ini dijual dengan harga Rp 80.000/botol yang berisi 40 kapsul.
Sedangkan teh gurah adalah paduan dari daun teh hitam kualitas tinggi dari pegunungan Kerinci dengan daun Sirgunggu (Clerodendron serratum) dari pegunungan Giriloyo, sehingga menghasilkan teh yang sangat istimewa untuk meningkatkan kekebalan tubuh (mempertahankan struktur sel yang sehat), meningkatkan pembentukan Glutathions, serta membuang kotoran dan toksin (racun) dalam tubuh, sehingga bisa mencegah timbulnya beberapa penyakit karena daun teh dan sirgunggu mengandung protein dan Vitamin C, juga berserat kasar, sehingga lebih banyak mengandung Vitamin A, serta mengandung mineral dan zat besi yang sangat dibutuhkan tubuh manusia.
Teh gurah mampu menyerap dan melarutkan endapan-endapan sisa makanan yang dikonsumsi antara lain: (1) endapan lemak tidak larut (asam keton); (2) protein tidak larut dari senyawa nitrogen (urea); (3) mineral tidak larut dari sulfa fosfat dan keratin; (4) mengangkat asam tidak larut seperti asam urat, asam hupurat dan asam histamine; (5) endapan tersebut jika tidak larut akan meracuni tubuh yang lemah kemudian menjadi penyakit. Teh gurah akan membersihkan dan membuangnya lewat keringat, buang air kecil dan besar; (6) Teh gurah selain sebagai pelepas dahaga juga berkhasiat untuk mencegah berbagai penyakit antara lain kanker, jantung, encok serta mencegah aksidasi dan menyegarkan kondisi wanita yang sedang nifas juga sebagai pelangsing tubuh bagi yang menderita obesitas (kegemukan). Teh gurah ini dibandrol seharga Rp 50.000/bungkus.
(Ditulis sebagai laporan hasil wawancara lapangan mata kuliah Analisis Budaya Dalam Masalah Kesehatan - Imogiri, Bantul, Yogyakarta)
0 komentar:
Posting Komentar