Kamis, 21 Juli 2016

REVIEW ARTIKEL HEDDY SHRI AHIMSA-PUTRA "STRUCTURAL ANTHROPOLOGY IN AMERICA AND FRANCE: A COMPARISON"

Pendahuluan
Sebenarnya ada tiga macam antropologi struktural, yaitu antropologi struktural Belanda, antropologi struktural Perancis, dan antropologi struktural Amerika, namun di sini hanya akan dibahas mengenai antropologi struktural Perancis dan antropologi struktural Amerika karena keduanya memiliki kesamaan gagasan mengenai kebudayaan dan bahasa, meskipun strukturalisme Belanda berpengaruh besar terhadap strukturalisme Perancis.

Ward Goodenough, seorang pelopor antropologi struktural Amerika, menyatakan bahwa ahli antropologi mempelajari kebudayaan asing seperti ahli bahasa mempelajari bahasa asing. Menurut Goodenough, masalah mendasar para ahli antropologi adalah bagaimana mendeskripsikan kebudayaan tertentu kepada orang lain yang tidak lazim/tidak biasa dengan hal itu.

Masalah yang sama dihadapi juga oleh ahli bahasa dalam mendeskripskan sebuah bahasa. Namun ahli bahasa lebih baik daripada ahli antropologi, mereka membangun seperangkat konsep dan simbol dengan elemen-elemen bahasa yang dapat dideskripsikan dan dibandingkan dengan bahasa lainnya. Goodenough menganjurkan ahli antropologi untuk menggunakan metode linguistik sebagai model deskripsi kebudayaan. Langkah yang sama juga dilakukan oleh Lévi-Strauss dalam mempelajari sistem kekerabatan.
 
Baik The New Ethnography (Antropologi Struktural Amerika) dan analisis struktural Lévi-Strauss (Antropologi Struktural Perancis) mengadopsi metode dan teori fonologi dalam linguistik. Bagaimana pun, keduanya dilakukan dengan cara yang berbeda dan untuk tujuan yang sudah pasti berbeda pula.

Antropologi Struktural dan Linguistik Amerika
Salah satu masalah ilmiah terbesar dalam antropologi budaya adalah masalah penjelasan kesamaan kebudayaan dan perbedaan dalam beragam masyarakat yang tersebar di dunia. Kebutuhan laporan untuk fenomena yang ilmiah dan sistematis tidak bisa diacuhkan ahli antropologi untuk studi tindakan komparatif.
 
Studi komparatif sistematis dipelopori oleh Edward B. Tylor, yang pada abad ke-19 menemukan metode perbandingan persilangan kebudayaan di seluruh dunia. Tylor mengumpulkan informasi dengan mengambil sampel pada 350 masyarakat dari seluruh penjuru dunia dan menggunakan tes kemungkinan empiris untuk menemukan ada/tidaknya hubungan di antara institusi sosial di bawah pertimbangan subjek untuk aturan hukum. Ketika hubungan antarvariabel membuktikan adanya signifikansi, Tylor menyebutnya dengan adhesi (pelekatan). Dalam matriks analisis kontemporer, studi komparatif Tylor dikenal sebagai R-mode analysis (model analisis R), dimana peneliti menemukan bahwa variabel atau ciri kebudayaan sebagai kelompok sampling lebih baik daripada masyarakat atau kebudayaan.
 
Ada beberapa proposisi mengenai tempat dari bentuk kebudayaan dalam pengaturan sosial-budaya yang besar. Dua di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, proposisi yang berhubungan dengan perngaruh kondisi ekstra-kultural pada bentuk standar kebudayaan atau aturan, dan kedua, kesungguhan prinsip kebudayaan sebagai sebab atau varabel independen (berdiri sendiri), dan kondisi ekstra-kultural sebagai akibat atau variabel dependen (bergantung).
 
Data yang terekam pada masyarakat yang berbeda merupakan produk dari observasi mendetail terhadap apa yang orang-orang katakan dan lakukan, keadaan tindakan dan akibat dari aktivitas mereka. Gambaran pada orang yang sama menyajikan perbedaan penelitian untuk memastikan tingkat keberagaman satu dengan lainnya. Dalam membandingkan data yang terkumpul dari laporan yang berbeda, menggunakan perbedaan metode dan untuk tujuan yang berbeda. Apabila data tidak dapat dibandingkan, maka tidak dapat dilakukan perbandingan persilangan kebudayaan. Apabila yang demikian itu diterapkan, kesimpulan akan selalu menjadi problematik. Untuk melakukan studi perbandingan, data harus dikeluarkan dari bungkusnya dan dipilah untuk mencocokkan dengan tujuan penelitian. Artinya, perlu standar sistem dari klasifikasi untuk mengendalikan data mentah dan mereorganisasi atau mengubah data yang dipresentasikan untuk membuatnya sebanding satu sama lain.
 
Goodenough dan sejumlah ahli antropologi mengkonsepsikan masalah perbandingan kebudayaan menjadi serupa/sama dalam prinsip seperti ahli bahasa ketika mereka ingin untuk mendeskripsikan bunyi bahasa dari bahasa lain. Satu dari beberapa pendekatan dalam mendeskripsikan bahasa (linguistik deskriptif) adalah analisis struktural Zellig Harris. Harris mengenalkan komponen gagasan dalam analisis strukturalnya, yaitu fonem dan morfem. Fonem merupakan kombinasi unik dari beberapa komponen. Dalam sebuah bahasa, fonem digunakan dalam kesatuan yang kompleks, yang memiliki arti tertentu. Dalam linguistik deskriptif, tugas untuk mengisolir dan mendeskripsikan bunyi bahasa dari sebagian bahasa disebut fonemik, dan transkripsinya merepresentasikan kategori bunyi yang membuat perbedaan makna dalam kepastian bahasa, dimana studi produksi bunyi dan pembangunan meta-bahasa dengan fonem dan ciri-ciri khusus dari sebuah bahasa yang dapat dideskripsikan disebut fonetik, dan transkripsinya adalah seperangkat konsep yang dibangun oleh ahl bahasa untuk mendeskripsikan bunyi bahasa.
 
Berdasarkan atas perbedaan antara fonetik dan fonemik, dapat dikatakan bahwa deskripsi secara sosial bermakna sistem tindakan merupakan sebuah emic sejauh itu berdasar pada elemen-elemen yang memiliki komponen suatu sistem, dan sebuah etic yang berdasar pada elemen-elemen konseptual yang tidak memiliki komponen suatu sistem. Beberapa ahli antropologi meyakini bahwa masalah dalam studi perbandingan dapat dipecahkan dengan mengaplikasikan metode deskripsi dan perbandingan linguistik. Ahli antropologi memiliki klasifikasi dan tipologi sendiri mengenai hal tersebut. Untuk mendeskripsikan dan membandingkan dengan klasifikasi miliknya, ahli antropologi menemukan seperangkat instrumen konseptual yang akan digunakan untuk menggambarkan perbedaan sebaik mungkin. Asumsi dasarnya adalah bahwa ekspresi linguistik didesain oleh konsep-konsep kelas. Analogi eksplisit dari analisis semantik atau analisis komponensial dalam antropologi berdasar pada model fonologi komponensial. Ada beberapa asumsi mengenai analogi tersebut. Pertama, data dalam analisis semantik dipandang kurang lebih sepadan dengan produk dari analisis fonologikal. Kedua, dalam analisis komponensial, istilah domain semantik (seperti kekerabatan) membedakannya dari satu dengan yang lain melalui ciri-ciri khusus.

Strukturalisme dan Linguistik Lévi-Strauss 
Jika ahli antropologi Amerika mencari model dan metode dalam linguistik untuk mengatasi masalah dalam mendeskripsikan dan membandingkan kebudayaan di dunia, Lévi-Strauss melakukan hal yang sama untuk tujuan berbeda. Tujuan Lévi-Strauss adalah menemukan jawaban atas permasalahan status keilmiahan ilmu sosial, khususnya antropologi. Lévi-Strauss menyarankan para ahli antropologi menggunakan analisis linguistik karena fenomena sosial memproses dua karakteristik pokok yang membuatnya cocok untuk analisis ilmiah. Pertama, banyak tindakan linguistik merupakan produk dari ketidaksadaran pikiran manusia. Ketika orang berbicara,  mereka tidak menyadari hukum sintaktik dan morfologikal bahasanya. Kedua, bahasa muncul lebih dulu dalam sejarah umat manusia. Bahasa merupakan fenomena sosial dan juga merupakan objek tepat untuk analisis matematika.

Pengaplikasian analisis linguistik dalam studi sosial-budaya hanya mungkin dilakukan apabila terdapat perbedaan model masyarakat dan budaya, dan Lévi-Strauss menemukan cara baru untuk penelitian dengan memandang masyarakat atau budaya dalam hubungan teori komunikasi. Ada tiga macam komunikasi yang juga merupakan bentuk pertukaran, yang benar-benar berhubungan, karena pernikahan (komunikasi karena wanita) berasosiasi dengan prestasi ekonomi (komunikasi karena barang dan jasa), dan bahasa memainkan peran yang signifikan pada semua level.

Ada beberapa teori linguistik yang mempengaruhi pemikiran Lévi-Strauss, yaitu dari Troubetzkoy, Jakobson, dan Saussure. Troubetzkoy mengenalkan empat revolusi prinsip metodologi dalam linguistik struktural. Pertama, linguistik struktural bergeser dari studi fenomena kesadaran linguistik ke studi ketidaksadaran infrastruktur. Kedua, linguistik struktural bukanlah ucapan yang menyenangkan sebagai kesatuan yang independen, yang justru mengambil sebagai dasar analisis relasi antara ucapan. Ketiga, linguistik struktural mengenalkan konsep sistem. Keempat, linguistik struktural bermaksud menemukan hukum universal, baik induksi maupun deduksi.

Teori linguistik kedua yang mempengaruhi pemikiran analisis Lévi-Strauss adalah teori fonem Roman Jakobson. Jakobson meyakini bahwa mustahil untuk mengevaluasi setiap elemen dengan baik dalam sistem bahasa jika tidak memandang hubungannya dengan elemen lain dalam sistem. Jakobson percaya bahwa fungsi utama bunyi bahasa adalah memungkinkan manusia membedakan kesatuan semantik, yang dilakukan dengan merasakan ciri-ciri khusus  dari bunyi dan memisahkannya dari kekhususan lain dari bunyi. Poin penting dalam teori fonem Jakobson adalah pandangannya mengenai perbedaan fonem dari kesatuan linguistik lain.
 
De Saussure menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah sistem ucapan interdependen dimana nilai masing-masing ucapan merupakan hasil dari kehadiran simultan orang lain. Nilai dari setiap ucapan dalam bahasa dimaknai oleh lingkungan. Ada dua aspek dari bahsa menurut Saussure, yaitu bahasa dan jaminan. Bahasa menunjuk pada kode khusus (sistem pengetahuan teratur), yang mirip kemampuan pemikiran Chomsky. Ini merupakan kumpulan fenomena yang hanya ada dalam ketidakmengertian dimana memungkinkan orang untuk berkomunikasi. Bahasa dalam kacamata Saussure juga merupakan relasi sistem. Ada dua macam relasi, yaitu distribusional dan integratif. Distribusional diartikan sebagai relasi antarelemen pada level yang sama, sedangkan integratif diartikan sebagai relasi antarelemen pada level yang berbeda.
 
Seperti sistem fonemik, Lévi-Strauss menyatakan bahwa sistem kekerabatan merupakan sistem tindakan terstruktur melalui hukum ketidaksadaran, dan tindakan tersebut menjadi berarti hanya ketika mereka terintegrasi dalam sistem. Lévi-Strauss juga berpikir bahwa bunyi seseorang tidak terbatas. Dalam mengaplikasikan analisis struktural dalam fenomena kekerabatan, Lévi-Strauss juga membuat perbedaan antara kekerabatan sebagai sistem terminologi dan sistem sikap. Lévi-Strauss setuju dengan yang kedua sebagai usahanya untuk menjelaskan sikap paman dari garis ibu atau kakak laki-laki dari ibu.
 
Sejak kekerabatan dipandang sebagai suatu sistem, Lévi-Strauss percaya bahwa paman dari garis ibu merupakan bagian dari beberapa sistem kekerabatan. Untuk menganalisis sistem kekerabatan dalam hal ini perlu dilihat ciri ketidaksadaran dari sikap sebagai bagian dari sebuah sistem. Lévi-Strauss kemudian menarik kesimpulan bahwa “satu aspek dari sistem global terdiri dari empat tipe hubungan, yaitu saudara laki-laki/saudara perempuan, suami/istri, ayah/anak laki-laki, dan kakak laki-laki dari ibu/anak laki-laki dari kakak perempuan. Lévi-Strauss mengemukakan aturan umum bahwa  dalam kebudayaan dimana hubungan antara kakak laki-laki dari ibu dan anak laki-laki dari kakak perempuan adalah khusus “hubungan antara paman dari garis ibu dan kemenakan laki-laki adalah hubungan antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, sebagai hubungan antara ayah dan anak laki-laki juga antara suami dan istri.”

Asumsi Dasar Antropologi Struktural Amerika
The New Ethnography atau Antropologi Struktural Amerika menjelaskan kebudayaan manusia yang menghasilkan deskripsi lain yang sebanding dengan menggunakan metode atau pendekatan yang sama. Asumsi dasarnya di sini adalah kebudayaan manusia dipelihara agar fungsi macam-macam komponen terintegrasi dan berkaitan satu sama lain. Sebagai elemen baru yang ditemukan atau dipinjam, mereka mencoba secara berkala sebelum adanya matriks kebudayaan.

Perbandingan persilangan kebudayaan diprakarsai oleh G.P. Murdock. Konstribusi Murdock di lapangan antara lain: menggunakan kesimpulan statistik formal termasuk koefisien dan korelasi dan tes yang signifikan, membangun bibliografi etnografi kontinental secara sistematis dan yang lebih penting lagi menggunakan dalil logika yang formal, sebuah sistem dengan memberi alasan yang berasal dari doktrin alasan deduktif dan pemalsuan hipotesis Popper. Poin terakhir tersebut menunjukkan bahwa pendekatan persilangan kebudayaan menggunakan dasar epistemologi.
 
Ilmu pengetahuan Popper adalah ilmu pengetahuan empiris yang menunjukkan “dunia nyata” atau pengalaman kita di dunia. Sejak teori harus palsu, teruji, teori juga harus empiris, dan sistem teori empiris harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori harus tiruan dalam indera dan berisi pernyataan yang tidak bertentangan. Kedua, teori tidak harus menjadi metafisik, tetapi harus “menggambarkan dunia dari pengalaman yang masuk akal”. Ketiga, teori harus membedakan dari sistem lainnya, dan menjadi satu-satunya yang menggambarkan pengalaman dunia kita.

Asumsi Dasar Strukturalisme Lévi-Strauss
Lévi-Strauss beranggapan bahwa bukan hanya naïf, melainkan juga salah jika menggunakan penjelasan kesadaran tindakan nyata manusia untuk penelitian ilmiah. Pada pandangan Lévi-Strauss, fenomena kesadaran menutupi struktur ketidaksadaran. Tindakan dan penjelasan beberapa orang terkadang bertentangan dengan tindakan dan penjelasan orang lain. Keberadaan fenomena nyata tidak terlihat sebagai pemberian pada pengamat, tetapi lebih banyak pada level yang terdalam. Akibat dari pandangan ini sudah jelas, bahwa kita tidak dapat menjelaskan lebih banyak dalam mengartikan pemberian fenomena kebudayaan atau kebiasaan jika itu dipelajari terpisah.

Menurut Lévi-Strauss, struktur bukanlah gambaran ataupun pengganti realitas. Struktur merupakan realitas empiris yang menawan dalam organisasi rasional, dan tidak ada struktur yang terpisah dari isi atau sebaliknya. Dalam studi strukturalnya, Lévi-Strauss memandang fenomena sosial sebagai “sistem objektivitas ide” yang digambarkan dengan simbol-simbol tertentu. Analisis struktural dapat menjadi ekonomi ilmiah, yang menggunakan angka terakhir dari aturan prinsip-prinsip untuk menjelaskan angka kemungkinan terbesar dari fenomena. Lévi-Strauss selalu mencoba mengkonstruksi model-model yang membuat fenomena sosial-budaya dapat dimengerti meskipun semakin kompleks.

Strukturalisme Amerika dan Perancis: Poin-poin Perbedaan 
Meskipun Antropologi Struktural Amerika dan Perancis sama-sama menggunakan metode linguistik sebagai model deskripsi kebudayaan dan analisis, hasil dari studi keduanya berbeda. Ada beberapa perbedaan antara strukturalisme Amerika (The New Ethnography) dan strukturalisme Perancis (strukturalisme Lévi-Strauss) di antaranya adalah sebagai berikut.
  1. Perbedaan tujuan. Strukturalisme Amerika lahir sebagai bentuk usaha beberapa ahli antropologi untuk menyaring metode deskripsi kebudayaan mereka dan menginginkan etnografi yang sebanding. Sedangkan strukturalisme Perancis berbanding terbalik dengan strukturalisme Amerika. Seperti studi perbandingan dalam linguistik, analisis antropologi didukung pula oleh sesuatu lebih dari klasifikasi atau kategorisasi belaka, yang dinamakan sebagai analisis nyata. Untuk memahami dan menjelaskan fenomena sosial-budaya, ahli antropologi membangun “efisien” dan model yang terlalu hemat.
  2. Perbedaan konsep kebudayaan/gagasan dasar. Strukturalisme Perancis memandang kebudayaan terdiri atas bermacam-macam aturan yang berada dalam sebuah struktur. Sedangkan strukturalisme Amerika (The New Ethnography atau studi persilangan kebudayaan) tidak menyangkal keberadaan struktur dalam kebudayaan, namun mereka memandang struktur sebagai sebuah sistem yang memiliki relasi fungsional antarelemen di dalamnya.
  3. Perbedaan kriteria teori ilmiah. Menurut strukturalisme Amerika, ilmu pengetahuan yang tepat untuk tindakan manusia diuji dengan keterangan beberapa orang yang dalam banyak masyarakat. Sedangkan menurut strukturalisme Perancis, konsepsi ilmu pengetahuan dengan verifikasi penelitian secara teliti tidak berguna untuk analisis struktural.
  4. Perbedaan konsepsi makna. Strukturalisme Amerika menganggap bahwa makna ekspresi linguistik atau simbol adalah konsep-konsep kelas atau gambar yang dirancang atau ditunjukkan. Sedangkan strukturalisme Perancis menolak penunjukan atau hubungan teori makna. Konsepsi makna dalam strukturalisme Lévi-Strauss mirip dengan ahli fonologi, berdasarkan pada makna fonem yang tidak dirancang dengan sengaja, namun posisinya berada di antara dua bahasa, yaitu sintakmatik dan paradikmatik.
  5. Perbedaan latar belakang epistemologi. Posisi strukturalisme Amerika atau studi persilangan kebudayaan segaris dengan teori kebenaran Korespondensi dimana bahan kajian tidak dapat diperkecil lagi dan dikenal sebagai “fakta”. Fakta diberikan observer, namun terpisah darinya. Sebaliknya, strukturalisme Perancis menganjurkan teori kebenaran Koherensi (pertalian) dimana tidak ada pemisahan antara pikiran dan fenomena yang diamati. Fakta tidak diberikan, namun dibuat berdasarkan kehadiran observer.

0 komentar:

Posting Komentar