Wayang Beber adalah wayang tertua di Indonesia. Wayang Beber di Indonesia terdapat di dua tempat, yaitu di Kabupaten Pacitan (yang disebut sebagai Wayang Beber Pacitan) dan di daerah Gunung Kidul Yogyakarta (yang disebut sebagai Wayang Beber Wonosari). Perbedaan antara kedua Wayang Beber ini terletak pada tingkat keasliannya. Wayang Beber Pacitan tidak mengalami perubahan, baik dari segi ritual, bentuk, lakon, maupun gendhing (iringan). Wayang Beber Pacitan terjaga keasliannya, tanpa diubah sedikit pun. Sedangkan pada Wayang Beber Wonosari tidak demikian. Menurut Rudhi Prasetyo (Dalang Wayang Beber Pacitan ke-14), Wayang Beber Wonosari telah mengalami perubahan, yakni dalam hal gendhing dan bahasanya.
Wayang Beber yang ada di Pacitan adalah asli dari Kerajaan Majapahit, yaitu berada di Dusun Karangtalun Desa Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan. Wayang Beber tersebut dibawa oleh Ki Naladerma sebagai imbalan dari sayembara yang diadakan oleh Prabu Brawijaya (Raja Majapahit) karena telah menyembuhkan putri raja yang sakit. Pada saat itu, raja Majapahit dikhawatirkan oleh putrinya yang menderita sakit parah dan tidak kunjung sembuh. Oleh sebab itu, sang raja mengadakan sayembara bagi siapa pun yang mampu menyembuhkan putrinya yang sakit. Ki Naladerma yang mendengar berita tersebut tergugah hatinya untuk mengikuti sayembara. Ki Naladerma ingin menjajal kesaktiannya untuk menyembuhkan putri raja karena Ki Naladerma kerap menyembuhkan penyakit orang-orang di desanya. Maka, berangkatlah Ki Naladerma dari Dusun Karangtalun Desa Gedompol itu ke Kerajaan Majapahit dengan berjalan kaki selama tujuh hari tujuh malam. Sesampainya di Kerajaan Majapahit, Ki Naladerma dihadang oleh para hulubalang dan diancam bahwa apabila Ki Naladerma gagal menyembuhkan sang putri, maka Ki Naladerma akan dipenggal kepalanya.
Pada akhirnya, Ki Naladerma diijinkan untuk memasuki Kerajaan Majapahit dan mengikuti sayembara tersebut. Sang raja dengan senang hati menerima Ki Naladerma untuk mencoba menyembuhkan putrinya yang sakit. Sebelum mencoba menyembuhkan sang putri, Ki Naladerma meminta ijin kepada raja untuk melakukan semedi. Setelah melakukan semedi selama satu malam, Ki Naladerma mengobati sang putri dengan mantranya. Pada keesokan harinya, sang putri sembuh dari sakitnya tanpa sedikit pun meninggalkan bekas luka. Sang raja heran sekaligus bahagia melihat kesembuhan putrinya, maka dipanggillah Ki Naladerma ke hadapannya. Raja menawarkan hadiah kepada Ki Naladerma, yaitu sebagai Tumenggung di Keraton. Namun, hadiah itu ditolak oleh Ki Naladerma karena merasa dirinya buta huruf dan buta ilmu pemerintahan. Raja lalu menawarkan pada Ki Naladerma untuk membawa uang sekuatnya, namun Ki Naladerma menolak dengan alasan uang akan membahayakan dirinya dalam perjalanan pulang karena khawatir akan adanya perampok.
Penolakan Ki Naladerma membuat sang raja menjadi bingung, hingga pada akhirnya raja menawarkan Wayang Beber kepada Ki Naladerma. Hadiah tersebut diterima Ki Naladerma dengan senang hati. Menurutnya, Wayang Beber merupakan hadiah yang tidak ternilai harganya karena dapat diwariskan kepada keturunannya. Raja mengajari cara memainkan Wayang Beber kepada Ki Naladerma. Setelah Ki Naladerma mampu menguasainya dengan baik, maka Ki Naladerma kembali ke Dusun Karangtalun dengan membawa hadiah dari raja.
Wayang Beber Pacitan diwariskan turun-temurun menurut garis keturunan secara vertikal. Dalang Wayang Beber Pacitan haruslah seorang laki-laki. Pemilik pertama Wayang Beber Pacitan adalah Ki Naladerma, kemudian diwariskan kepada anaknya yang bernama Nalangsa, yang kemudian mendapat julukan sebagai “Sanala”. Dari Nalangsa (Sanala), diwariskan kepada Citrawangsa, yang dijuluki sebagai “Nayangsa”. Dari Citrawangsa (Nayangsa), diwariskan kepada anak laki-lakinya yang bernama Gandayuta, yang kemudian mendapat julukan “Gandayuda”. Dari Gandayuta (Gandayuda), diturunkan kepada Singa Nangga, kemudian digantikan oleh Trunadangsa. Trunadangsa mewariskan Wayang Beber kepada anaknya yang bernama Gandalesana. Dari Gandalesana diturunkan kepada Palesana yang dijuluki “Setralesana”. Palesana (Setralesana) tidak memiliki anak laki-laki, sehingga Palesana (Setralesana) mewariskan Wayang Beber kepada cucu laki-lakinya (nunggak semi) yang bernama Dipalesana. Dipalesana kemudian dijuluki sebagai “Gandalesana II” karena cara mendalangnya mirip dengan kakek buyutnya. Dipalesana (Gandalesana II) mewariskan Wayang Beber kepada anaknya yang bernama Palesana. Kemudian pada tahun 1900, Wayang Beber diwariskan kepada anak laki-laki dari Palesana yang bernama Pasetika dan dijuluki sebagai “Gunakarya”. Pada tahun 1940, kepemilikan Wayang Beber diambil alih oleh Sarnen, yang kemudian mendapat julukan “Gunacarita”.
Pada tahun 1980, Sumardi (anak laki-laki Sarnen/Gunacarita) menjadi dalang Wayang Beber yang ke-13 dan mendapat julukan “Gunautama”. Sumardi (Gunautama) tidak memiliki anak laki-laki, sehingga Sumardi (Gunautama) harus mewariskan Wayang Beber kepada cucu laki-lakinya agar terjadi nunggak semi. Kala itu, Handoko (cucu Sumardi) masih kecil, sehingga belum bisa menjadi dalang. Namun, mengingat usianya yang sudah renta dan khawatir akan kepunahan pertunjukan Wayang Beber sepeninggalnya, maka Sumardi (Gunautama) berpikir untuk meregenerasi dalang, yaitu melanggar adat turun-temurun dengan menunjuk orang lain sebagai dalang. Akhirnya, Sumardi (Gunautama) menunjuk Rudhi Prasetyo sebagai dalang. Rudhi Prasetyo sebenarnya tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga dalang pakem Wayang Beber Pacitan. Namun, sudah lama Rudhi dekat dengan Sumardi (Gunautama) dan Rudhi juga tertarik dengan warisan budaya yang hampir punah ini.
Pada tahun 2009, Rudhi resmi menjadi Dalang Wayang Beber Pacitan. Wayang Beber Pacitan kemudian dibuat duplikatnya. Artefak Wayang Beber Pacitan tetap berada di Desa Gedompol Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan, tepatnya di rumah Mbah Mangun, keluarga Ki Mardi Gunautama. Artefak Wayang Beber Pacitan telah dikeramatkan, serta tidak boleh dibuka oleh sembarang orang. Sedangkan duplikat Wayang Beber Pacitan dipegang oleh Rudhi Prasetyo dan berada di Desa Nanggungan Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. Jadi, Wayang Beber Pacitan yang dipentaskan sekarang adalah Wayang Beber hasil dari duplikasi.
Berikut adalah skema garis pedalangan Wayang Beber Pacitan.
thx
BalasHapusu r welcome :)
Hapusbagaimana hubungan kekeluargaan antara Gunakarya dengan Gunacarita yg mengambil alih wayang beber pada tahun 1940an?
BalasHapusGunacarita adalah anak laki-laki dari Gunakarya
HapusPiye Iki nek golek i nasab dalang tertua di Pacitan..? seneng cerita aja ini
BalasHapus